Analisis
Gravimetri adalah suatu cara penentuan unsur / senyawa berdasarkan kepada berat
dimana unsur yang kan ditentukan dipisahkan dulu serta diubah menjadi senyawa
tertentu dan murni kemudian baru ditimbang.
Penimbangan hasil reaksi dilakukan
dengan menggunakan timbangan analitik agar diperoleh hasil yang lebih teliti,
karena dapat mengukur sanpai berat 0,1 miligram.
Analisis Gravimetri dapat dilakuakan
dengan beberapa cara :
1. Cara Evolusi (penguapan)
2. Cara Elektrolisis
A. Cara Evolusi (Penguapan)
Cara Evolusi adalah analisis kuantitatif dengan
penimbangan hasil reaksi berupa gas, dan dapat dibedakan menjadi :
1.
Secara langsung
Unsur
yang akan ditentukan diubah menjadi gas, gas yang terjadi diserap dengan
senyawa tertentu. Metoda ini sulit dilakukan karena gas yang terserap hanya gas
yang diinginkan sehingga metoda ini lebih akurat/sempurna hasilnya.
2.
Secara tak
langsung
Menimbang bahan sebelum dan sesudah
kehilangan analitnya karena penguapan atau pemanasan. Selisih berat penimbangan
= berat gas / analit. Misalnya, penentuan kadar air dalam suatu bahan atau
penentuan kadar karbonat. Cara ini cukup mudah sehingga banyak digunakan tetapi
juga memiliki banyak kelemahan.
B. Cara Elektro Gravimetri
Unsur
yang akan ditentukan diendapkan dengan arus listrik. Contoh, menentukan kadar
tembaga dalam kuningan. Kuningan dilarutkan dengan HNO3 sehingga
menjadi ion Cu++, ion Cu++kemudian dielektrolisis dan
tembaga mengendap pada katoda, katoda adalah kutub negative dari listrik.
Pertambahan katoda adalah berat tembaga. Maka kadar Cu dapat dicari.
C. Cara Pengendapan
Senyawa/unsur akan ditentukan,
direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga
terbentuk senyawa yang mengendap, endapan dipisahkan dan dikeringkan
serta ditimbang sampai berat konstan dan endapan haru memenuhi syarat sebagai
berikut :
1.
Dalam bentuk
senyawa yang tetap.
2.
Mudah dipisahkan.
Untuk
endapan yang sangat halus danendapan yang berbentuk gelatin sulit dipisahkan
dari larutannya karena ukuran pori-pori kertas saring yang tertentu.
3.
Semurni mungkin
Bebas
dari zat atau bahan pengotor yang dapat menyebabkan kesalahan menghitung kadar
unsur yang ada dalam sampel .
4.
Tidak mudah
larut
Tidak mudah
larut sehingga tidak ada yang hilang selama perlakuan selanjutnya, yaitu
penyaringan, pencucian, pengeringan/pemijaran, penimbangan.
D. Pelarutan
Pelarutan
adalah Usaha untuk mengubah contoh uang berupa padatan menjadi bentuk larutan.
Untuk
melakukan pelarutan dapat menggunakan 2 macam pelarut, yaitu:
1.
Pelarut organic
yang digunakan untuk melarutkan senyawa organic. Contoh Pelarut Organik yaitu,
Alkohol, N.Hexane, Eter , Benzen,
Cloroform, dll.
2.
Pelarut
anorganik yang dapat digunakan untuk melarutkan senyawa anorganik. Contoh
pelarut anorganik yaitu Air untuk melarutkan garam-garam, HCl untuk melarutkan
senyawa karbonat, HNO3 untuk melarutkan logam-logam, dan Aquaregia
yang terdiri dari HCl + HNO3 (3:1) yang digunakan untuk melarutkan
senyawa silikat.
E. Pengendapan
Pengendapan adalah terbentuknya partikel yang tidak
larut dari reaksi kimia dalam larutan.
1.
Syarat endapan
pada Gravimetri :
-
Endapan
mempunyai Kelarutan yang kecil
-
Endapan
mempunyai rumus kimia tertentu dan murni
-
Mudah dipisahkan
dengan cara pemijaran atau penyaringan
2.
Syarat larutan
yang akan diendapkan ;
-
Larutan harus
encer
-
Diendapkan dalam
keadaan panas
-
Pereaksi
pengendap ditambahkan sedikit demi sedikit.
Pengendapan adalah proses membentuk
endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak larut dalam air walaupun endapan
tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun. Prosedur analisis
menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan kedalam sampel/analat
agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan,
biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang
melibatkan konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada.
Biasanya disarankan pemakaian pengendap berlebih karena kelarutan
endapan-endapanberkurang atau menurun, yang disebabkan oleh efek ion yang sama
(common – ion effect). Kelebihan pengendap yang banyak tidak diinginkan, bukan
saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena endapan dapat cenderung
melarut kembali dalam kelebihan pereaksi yang banyak, membentuk ion rangkai
(kompleks). Sebagai contoh, senyawaan perak diendapkan dengan senyawa klorida
dan endapan menjadi lebih, tidak dapat larut bila terdapat cukup kelebihan
klorida, tetapi kelebihan klorida yang besar melarutkan endapan tadi :
Ag Cl +
2Cl¯ ® Ag Cl3 2¯
Secara umum, bila tidak ditentukan,
dapat digunakan atau ditambahkan 10% kelebihan pengendap. Dalam semua hal,
cairan supernatan atau saringan (filtrat) harus diuji untuk mengetahui
kesempurnaan endapan dengan menambahkan sedikit penambahan jumlah pengendap.
Hal yang utama dalam analisis
gravimetri ialah pembentukan endapan yang murni dan mudah disaring .
Pengendapan mulai terjadi dengan
terbentuknya sejumlah partikel kecil yang disebut inti-inti (nukla) bila
ketetapan hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawaan dilampaui.
Partikel-partikel kecil ini ukurannya akan membesar dan akan mengendap kedasar
wadah. Partikel-partikel yang relatif besar ini seringkali lebih murni dan
lebih mudah disaring. Pada umumnya ukuran partikel meningkat mencapai ukuran
maksimum dan kemudian berkurang bila konsentrasi pereaksi pereaksi dinaikkan.
Diketahui bahwa makin kecil kelarutan suatu endapan maka semakin kecil ukuran partikelnya.
Tetapi ketentuan ini merupakan aturan kasar atau tidak mutlak sebagai contoh
perak klorida (AgCl) dan bariumsulfat (BaSO4) mempunyai kelarutan
molar yang sama (Ksp sekitar 10¯10 tetapi partikel bariumsulfat jauh
lebih besar daripada perak klorida bila digunakan kondisi pengendapan yang
serupa. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kelarutan ialah :
-
suhu
-
pH
-
pemakaian
zat pengkompleks
Pengendapan sangat umum dilakukan pada
suhu tinggi, dengan alasan bahwa garam dari asam lemah seperti kalsiumoksalat
(CaC2O4) dan seng sulfida (ZnS) lebih baik bila
diendapkan dalam suasana asam lemah daripada suasana basa. Bariumsulfat akan
lebih baik diendapkan dalam larutan asam klorida 0,01 M sampai dengan 0,05 M
karena kelarutan akan meningkat dengan terbentuknya ion hidogensulfat (HSO4-).
Setelah endapan terbentuk kadang-kadang
perlu dilakukan pencernaan (digestion) atau penuaan (aging) artinya endapan
tersebut dibiarkan bersentuhan atau kontak dengan larutan induk (mother
liquor), biasanya pada suhu yang ditinggalkan sebelum penyaringan dilakukan.
Partikel-partikel kecil dari endapan
berbentuk kristalin seperti BaSO4, lebih dapat larut dibandingkan
partikel-partikel besarnya yang mengakibatkan larutan tersebut lewat jenuh
terhadap partikel besar. Untuk meningkatkan ukuran partikel dari kecil menjadi
besar seperti pada endapan kristalin BaSO4, dilakukan proses pemasakan
(ripening). Pemasakan ini dapat dilakukan diatas penangas air (water
bath) dimana wadah beserta endapan disimpan diatasnya selama 30 – 60 menit.
Endapan selai (gelatin) seperti besi (III) hidroksida tidak dicerna (digest)
karena endapan kecilnya tidak begitu berbeda dengan endapan besarnya sehingga
tidak terjadi peningkatan ukuran yang berarti. Untuk memperoleh endapan dengan
partikel berukuran besar, pengendapan dilakukan dengan menambahkan
perlahan-lahan larutan encer pengendap. Endapan kristalin biasanya dicernakan
pada suhu yang dinaikan sebelum penyaringan yang bertujuan untuk makin
meningkatkan ukuran partikel.
Pada waktu proses pengendapan suatu
endapan, dapat terjadi suatu zat yang biasanya dapat larut akan terbawa
mengendap dan peristiwa ini disebut kopresipitasi. Sebagai contoh suatu
larutan barium klorida yang mengandung sedikit ion nitrat dan kedalam larutan
ini ditambah pengendap asamsulfat maka endapan bariumsulfat akan mengandung
barium nitrat. Hal ini diistilahkan nitrat tersebut dikopresipitasi bersama
sulfat.
Kopresipitasi dapat terjadi karena
terbentuknya kristal campuran atau oleh adsorpsi ion-ion selama proses
pengendapan. Kristal campuran ini memasuki kisi kristal endapan, sedangkan
ion-ion yang teradsorpsi ditarik kebawah bersama-sama endapan pada proses
koagulasi.
Pada waktu pembentukan endapan
kristalin seperti bariumsulfat, ketidakmurnian teradsorpsi sewaktu
partikel-partikel endapan masih kecil. Ketika partikel tersebut membesar dapat
terjadi pengotor tersebut berada/masuk dalam kristal. Pengotoran jenis ini
disebut oklusi. Kopresipitasi dapat dikurangi tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, dengan cara penambahan kedua pereaksi itu?. Bila
diketahui bahwa sampel atau pengendap mengandung ion pengotor maka larutan ini
dapat ditambahkan kepada larutan yang lain. Dengan demikian konsentrasi
pengotor dapat dijaga agar minimum pada tahap-tahap awal presipitasi.
Kemurnian suatu endapan kristalin dapat
ditingkatkan dengan jalan disaring, dilarutkan kembali (ulang) dan kemudian
diendapkan kembali. Hal ini dapat dilakukan bila endapan tersbut mudah
dilarutkan. Tetapi endapan bariumsulfat yang tidak mudah dilarutkan kembali,
kemurniannya dapat ditingkatkan engan proses penuaan atau pencernaan.
Partikel-partikel endapan selai
jumlahnya lebih banyak dan jauh lebih kecil ukurannya dibandingkan partikel
endapan kristalin. Karena kecil maka luas permukaan pada larutannya sangat
besar/luar biasa besarnya. Keadaan seperti ini mengakibatkan teradsorpsinya air
dalam jumlah relatif besar. Hal ini menyebabkan endapan tersebut mirip gelatin
dan adsorpsi ion-ion lainnya sangat ekstensif. Partikel-partikel endapan selai
tidak mudah tumbuh menjadi besar dan pengotor tidak akan masuk kedalam endapan
tapi akan terikat pada permukaan partikel-partikel kecil tadi.
Ion-ion hidrogen dan hidroksida mudah
teradsorpsi oleh endapan selai seperti Fe(OH)3 dan Al(OH)3.
Besi (III) hidroksida bermuatan positif
pada pH ñ 8,5 tetapi bermuatan negatif pada pH lebih tinggi dari itu. Untuk
meningkatkan kemurnian endapan selai dapat dilakukan dengan pencucian atau
pengendapan ulang. Proses pencernaan tidak berguna karena endapan selai
tersebut sedikit sekali dapat larut sehingga partikel-partikelnya tidak terlalu
cenderung tumbuh untuk membesar.
Pengendap yang digunakan umumnya zat
anorganik walaupun pada beberapa penetapan digunakan zat organik sebagai
pengendap.
Pengendap anorganik biasanya berupa
basa, asam atau garamnya. Basa yang sering dipakai adalah amonia (larutan gas
amoniak dalam air), NaOH atau KOH. Endapan yang terbentuk berupa hidroksida
yang akan berubah menjadi oksidanya bila bentuk pertama dipijarkan.
Pemakaian pengendap selalu berlebihan untuk mendapatkan pengendapan sempurna
tetapi dapat terjadi bahwa hidroksida yang mengendap mula-mula akan larut dalam
basa pengendap berlebih. Sebagai contoh, endapan Cu(OH)2 dapat larut
dalam NH4OH sehingga yang terakhir ini tidak dapat digunakan sebagai
pengendap untuk memperoleh endapan Cu(OH)2. Pereaksi yang tepat
adalah NaOH. Sebaliknya endapan Al(OH)3 akan larut dalam basa kuat,
NaOH atau KOH. Endapan Zn(OH)2 akan larut dalam basa lemah (NH4OH)
atau basa kuat (NaOH/KOH), jadi senyawaan seng harus diendapkan dengan suatu
garam misalnya (NH4)2HPO4. Senyawaan barium
dapat diendapkan dengan H2SO4 sehingga membentuk endapan
BaSO4. Pengendapan BaSO4 dapat dilakukan dengan memakai
Na2SO4 (garam) sebagai pengganti asam sulfat. Endapan
perak klorida juga terbentuk bila pengendap NaCl ditambahkan kedalam suatu
larutan garam perak.
Secara umum endapan yang berbentuk
hidroksida akan terurai bila dipijarkan pada suhu tinggi membentuk oksidanya
yang kemudian ditimbang (bobot tetap). Endapan seperti BaSO4 relatif
sukar terurai pada suhu tinggi tetapi akan tereduksi bila ada zat pereduksi seperti
C atau H2. Pereduksi C diperoleh dalam kertas saring yang dipakai
sebagai penyaring.
Sejumlah ion logam dapat diendapkan
dengan pereaksi organik. Zat organik seperti ¥ - hidroksi – kuinolina [¥ -
kuinolinolina atau oxine (oksina)] membentuk senyawaan yang mengendap dengan
ion-ion logam seperti alumunium, besi, seng, tembaga, zirkonium dan sebagainya.
Zat ini hampir tak dapat larut dalam air dan bila akan dipakai sebagai
pengendap maka harus dilarutkan dalam suatu pelarut organik tertentu seperti
asamasetat atau metanol.
Rumus oksina : C9H7OH
Selain oksina, zat organik lainnya yang
digunakan sebagai pengendap ialah dimetilglioksima, yang rumusnya :
CH3
- C = NOH
I
CH3
- C = NOH
Pereaksi ini dengan senyawaan nikel
membentuk endapan merah N1(C4H7N2O2)2.
Ion-ion pengganggu misalnya Fe3+, Al3+,B3+
yang dapat dicegah dengan menambahkan senyawaan organik tertentu (sitrat atau
tartrat) Dimetilglioksima hanya sedikit larut dalam air, maka biasanya dipakai
larutan 1% dalam etanol. Senyawaan tembaga dapat diendapkan dengan pereaksi
benzoin a - oksina (kupron) yang membentuk endapan hijau
Rumus zat ini :
C6H5
- CH = OH
I
C6H5
- C = NOH
Benzoin a - oksina sangat sedikit dapat
larut dalam air tetapi mudah larut dalam etanol. Pereaksi yang dipakai adalah
larutan 2% dalam etanol.
Gravimetri
termasuk analisis jumlah cara konvensional. Sebenarnya ada gravimetri
dengan cara instrumental yaitu elektrogravimetri. Dalam gravimetri (Gravity =
berat) penentuan jumlah zat berdasarkan pada pengukuran berat (penimbangan).
Selain penimbangan sampel dilakukan pula penimbangan hasil reaksi, baik berupa
endapan atau gas yang terjadi.
Berdasarkan dasar dan cara
pemisahan, gravimetri dibagi menjadi :
1. Cara pengendapan.
Pada
cara ini sejumlah sampel dilakukan dengan pereaksi tertentu zat yang akan
ditetapkan (analat) diendapkan.
Endapan yang terjadi kemudian
ditetapkan bobotnya, dari kedua bobot dan faktor tertentu kadar zat dapat
dicari. Cara ini paling banyak dilakukan.
2. Cara penguapan.
Pada
cara ini sampel direaksikan sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat juga
dipanaskan sehingga memecah menghasilkan gas. Penimbangan gas yang keluar dapat
secara langsung yaitu diserap oleh suatu pereaksi terlebih dahulu atau secara
tidak langsung yaitu penimbangan analat sebelum dan sesudah reaksi. Cara ini
kadang-kadang dinamakan cara evolusi.
3. Cara Elektrogravimetri.
Seperti
dikatakan diatas, cara ini sebenarnya termasuk cara instrumental. Pada cara ini
sampel diendapkan dengan elektrolisis dengan potensial tertentu. Cara ini
banyak digunakan untuk menentukan kadar logam Cu dan Zn yang akan dibicarakan
pada praktikum Kimia Fisika / Analisis Instrumental.
Tahapan Pengerjaan Analisis
Gravimetri secara Umum
Pelaksanaan
pengerjaan Analisis Gravimetri di laboratorium merupakan rangkaian pekerjaan
yang dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Persiapan sampel
2. Penimbangan sampel
3. Pelarutan sampel
4. Pengendapan
5. Penyaringan
6. Pencucian
7. Pengabuan
8. Penimbangan sisa pijar
Dalam pelaksanaannya mungkin terjadi
pengurangan atau penambahan tahap kerja di atas, misal pada khromat, barium
khromat tidak perlu pemijaran tetapi cukup dengan pengeringan saja.
0 komentar:
Posting Komentar